Sabtu, 17 Maret 2012

Teh jahe untuk kanker

Ibarat pencuri di malam hari, itulah kanker. Tak pernah ada yang tahu benar apa penyebab pastinya. Terapi  terhadap penyakit kanker pun terus berkembang. Dari terapi  "sederhana" yang menimbulkan gangguan hingga yang terkini dengan  imunoterapi yang bisa meminimalkan keluhan penderita selama menjalani terapi.
Salah satu penemuan terbaru yang patut dicatat yaitu manfaat sari  jahe dan teh hijau untuk mengatasi kanker. Demikian yang disampaikan para ahli dalam sebuah pertemuan bagi kalangan Riset Kanker di Amerika Oktober 2003.
Ann Bode dan Zigang Dong dari University of Minnesota meneliti  manfaat ekstrak jahe yang dikenal dengan nama gingerol. Zat ini yang  bikin jahe terasa pedas. Mereka memberikan zat itu pada mencit yang  telah diinfeksi dengan sel kanker kolon manusia. Mencit yang  digunakan pun mencit yang dibudidayakan secara khusus, sehingga  lebih mudah terkena kanker.
Lima belas hari kemudian Bode dan Dong mulai mengamati hasilnya. Pada mencit yang menjalani pola makan normal ada 13 ekor mencit yang terkena tumor. Sedangkan pada kelompok mencit yang mendapat suntikan ekstrak jahe --sebelum dan sesudah diinfeksi sel tumor-- hanya  ditemukan empat ekor mencit yang dihinggapi tumor.
Sayangnya, belum ada informasi apakah mengonsumsi jahe dalam  bentuk sederhana juga memberikan manfaat untuk mencegah kanker.  Soalnya, bukankah selama ini masyarakat kita sudah sedemikian akrab  mengenal jahe --mulai wedang ronde, sekoteng, permen jahe, atau lainnya.
Ada lagi penelitian lain yang dikerjakan sebuah tim di Pusat  Kanker Arizona, Tucson. Penelitian dilakukan terhadap 118 perokok  berat. Para perokok dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing diminta meminum sedikitnya empat cangkir teh hijau atau teh hitam  dalam sehari.
Setelah empat bulan, pada tubuh mereka dilakukan pengukuran bahan  kimia yang disebut 8-OhdG. Zat ini dilepaskan tubuh sebagai respons  atas kerusakan DNA, yang sering terjadi pada kasus kanker.
Hasilnya?
Pada mereka yang meminum teh hijau decaffein terjadi penurunan  sebanyak 31% jumlah 8-OHdG. Sedangkan pada yang meminum teh hitam tanda-tanda itu tidak dapat ditemukan.
Namun, hasil penelitian dinilai belum mencukupi. Menurut Bode, "Kami masih akan terus mempelajari manfaat rempah itu untuk  mengatasi berbagai macam tumor. Bahkan sampai akhirnya kami dapat menyingkap rahasia tentang zat antikanker utama bagi manusia."
Tak kalah penting, menurut para ahli dalam pertemuan itu, mencari  jalan yang lebih mudah untuk menurunkan risiko terkena kanker.
Seperti kata Dr. Raymond DuBois dari Vanderbilt University di Nashville, yang memimpin pertemuan itu, "Selain terus melakukan  penelitian untuk pengobatan dan pencegahan, perlu juga dilakukan  kampanye untuk menyosialisasikan upaya pencegahan kanker dengan cara  yang mudah."
Raymond DuBois berharap, kampanye dapat membuat seluruh warga  masyarakat dunia lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mereka. Di antaranya, dengan rajin berkonsultasi pada dokter dan menjalankan patokan-patokan standar seperti berhenti merokok, menjaga  keseimbangan gizi, dan latihan jasmani.
Merokok, yang selama ini dilakukan jutaan orang dari berbagai  belahan dunia, memang menjadi faktor pertama (yang dapat dicegah dan dihentikan) penyebab kanker. Sedangkan faktor kurang gizi banyak menjadi masalah di negara berkembang.
Sumber : www.suaramerdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar