ANDA
tentu pernah menjumpai kentang kleci. Kentang berkulit hitam sebesar ibu jari
itu banyak ditemui di pasar-pasar tradisional. Dalam kehidupan, umbi kecil itu
biasanya dikukus untuk dikonsumsi atau terkadang dicampur dalam sayuran. Rasa
kentang hitam itu seperti juga kentang-kentang lainnya. Namun, tahukah Anda
kandungan yang ada di dalamnya?
Bernama latin coleus tuberosus, kentang kleci ternyata selain sebagai sumber
karbohidrat, juga mengandung senyawa-senyawa antioksidan dan antiproliferasi
(antiperbanyakan sel kanker) golongan triterpenic acid.
Itu pula yang kemudian menarik Mutiara Nugraheni, mahasiswa S-3 Program
Studi Ilmu Pangan Fakultas Teknologi Pertanian UGM, untuk melakukan serangkaian
penelitian terkait dengan senyawa fungsional kentang hitam. Dari penelitiannya,
berhasil ditemukan senyawa triterpenic acid yang dominan dalam kentang hitam
berupa ursolic acid (UA) dan oleanolic acid (OA).
Dari kajian penelitiannya diketahui bahwa kandungan senyawa-senyawa di
bagian kulit lebih tinggi (sekitar empat kali) dibandingkan dengan bagian daging
umbi. "Senyawa-senyawa tersebut dan ekstrak umbi kentang hitam setelah
diuji aktivitas antioksidannya menggunakan metode FTC dan TBA ternyata positif
menunjukkan aktivitas yang tinggi," ujar Prof Dr Ir Umar Santoso MSc di
kampus UGM.
Sebagai promotor Mutiara Nugraheni dalam meraih gelar doktor UGM Prof Umar
mengatakan, Mutiara telah melakukan uji aktivitas antiproliferasi terhadap
ekstrak umbi kentang hitam (bagian kulit dan daging) dengan menggunakan sel-sel
kanker payudara MCF-7 (michigan cancer foundation-7) dan memakai metode MTT
Assay.
Hambat Proliferasi
Secara singkat, sel-sel kanker ditempatkan dalam sumuran-sumuran pada plat
kemudian diberikan perlakuan dengan ekstrak umbi kentang hitam berbagai
konsentrasi.
Setelah diinkubasi selama 72 jam dan diberi tambahan reagen MTT, dengan
pengukuran tingkat viabilitas sel menggunakan ELISA Reader, hasil penelitian
menunjukkan baik ursolic acid, oleanolic acid, maupun ekstrak umbi secara
signifikan menghambat proliferasi sel-sel kanker.
"Ternyata aktivitas antiproliferasi ekstrak bagian kulit lebih tinggi
daripada bagian daging. Hal ini karena kandungan ursolic acid dan oleanolic
acid yang lebih tinggi di bagian kulit," jelasnya.
Ditambahkan, untuk mengetahui mekanisme antiproliferasinya, Mutiara
sebagai peneliti melakukan pengamatan mikroskopik setelah memberikan pewarnaan
(staining) menggunakan acridine orange/ethidium bromide. Cara itu memberi bukti
bahwa sel-sel kanker yang diberi perlakuan ekstrak umbi kentang mengalami
apoptosis, yaitu terjadi kerusakan morfologi, fragmentasi DNA, dan kematian
sel-sel kanker tersebut.
"Tim penguji
menilai hasil penelitian Mutiara Nugraheni menjadi temuan menarik karena
membuktikan secara ilmiah bahwa umbi yang selama ini praktis tak dikenal
ternyata mengandung komponen-komponen fungsional berkhasiat kesehatan. Temuan
ini pun telah dipublikasikan di tiga jurnal tingkat internasional, yaitu
International Food Research Journal, African Journal of Food Science, dan
Journal of Medicinal Plants Research," tandasnya.Sumber : www.suaramerdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar