ANTIBIOTIK
adalah penemuan yang penting dalam dunia kesehatan. Namun obat ini tidak bisa
mengobati semua penyakit. Penggunaan yang tidak rasional akan membawa keburukan
daripada kebaikan.
Kebiasaan memberikan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat, frekuensi
pemberian yang keliru, dan waktu pemberian yang terlalu lama atau cepat
mengurangi efikasi antibiotik sebagai pembunuh kuman. Terapi yang tidak efektif
akan menimbulkan resistensi obat yang serius.
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional paling sering ditemukan pada batuk
dan pilek akibat virus. Hampir seperempat masyarakat meyakini bahwa penyakit
flu dan batuk akan lebih cepat sembuh jika diobati antibiotik. Padahal antibiotik
hanya menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, sedangkan influenza
diakibatkan virus.
Hasil survei yang dilakukan oleh Health Protection Agency (HPA) di Inggris
terhadap 1.800 orang. Menemukan 1 dari 10 orang tidak menghabiskan resep antibiotik
dan akan mengonsumsinya sisanya jika suatu hari sakit kembali.
Menurut HPA 30 persen responden membeli antiobiotik setiap tahunnya.
"Ini membuktikan bahwa makin sering kita mengonsumsi antibiotik, makin
besar kemungkinannya mengalami resistensi. Efek samping lainnya adalah
menderita diare karena antibiotik," kata Dr.Clioda McNulty, dari HPA.
HPA juga merekomendasikan agar para tenaga kesehatan membatasi keinginan
pasien akan antibotik karena 97 persen responden mengatakan terakhir kali
mereka minta antibotik pada dokter, mereka langsung diberikan resep.
"Meski sudah bertahun-tahun dikampanyekan akan bahaya resistensi obat
dan bahwa penyakit flu dan batuk tidak bisa disembuhkan dengan antibotik,
nyatanya mitos yang salah ini masih dipercaya," kata McNulty.
Meski survei tersebut dilakukan di Inggris, sebenarnya penggunaan antibiotik
yang tak rasional terjadi hampir di banyak tempat, termasuk Indonesia. Mengutip
laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005 ditemukan rata-rata 50
resep obat di puskesmas dan rumah sakit di Indonsia mengandung antibiotik.
Hasil serupa
ditemukan dalam studi Yayasan Orangtua Peduli. Sebanyak 86,4 persen anak
penderita infeksi virus yang ditandai dengan demam dan 74,1 persen anak
penderita diare diresepkan dengan antibiotik.Sumber : www.suaramerdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar