Oseng-oseng
pare, siapa yang tak suka? Rasa pahit pada sayuran satu ini memang unik,
memancing selera. Tapi, selain nikmat, pare ternyata kaya khasiat. Dengan
dijadikan ramuan, pare dapat menyembuhkan sariawan, panas dalam, diabetes,
disentri, cacingan, bahkan untuk menyuburkan rambut.
Pare banyak terdapat di daerah tropika, tumbuh baik di
dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan,
dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar, untuk
diambil buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga
dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung.
Tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan alat pembelit
atau sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak. Batang
berusuk lima, panjang 2-5 m, yang muda berambut rapat. Daun
tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3
cm, letak berseling, bentuknya bulat panjang, dengan
panjang 3,5-8,5 cm,
lebar 4 cm, berbagi
menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, warnanya hijau tua. Taju bergigi kasar
sampai berlekuk menyirip. Bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon,
bertangkai panjang, berwarna kuning.
Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang,
berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit. Warna buah hijau,
bila masak menjadi oranye yang pecah dengan 3
katup. Biji banyak, coklat kekuningan, bentuknya pipih memanjang, keras.
Ada 3 jenis tanaman pare, yaitu
pare gajih, pare kodok dan pare hutan. Pare gajih berdaging tebal, warnanya
hijau muda atau keputihan, bentuknya besar dan panjang dan rasanya tidak begitu
pahit. Pare kodok buahnya bulat pendek, rasanya pahit. Pare hutan adalah pare
yang tumbuh liar, buahnya kecil-kecil dan rasanya pahit.
Untuk memperoleh buah yang panjang dan lurus, biasanya pada
ujung buah yang masih kecil digantungkan batu. Daun dari pare yang tumbuh liar,
dinamakan daun tundung. Daun ini dikatakan lebih berkhasiat bila digunakan
untuk pengobatan. Daun dan buahnya yang masih muda dimakan sebagai lalab mentah
atau setelah dikukus terlebih dahulu, dimasak sebagai sayuran, tumis, sambal
goreng, gado-gado, dan sebagainya. Tanaman ini juga dapat digunakan untuk
membunuh serangga. Perbanyakan dengan biji.
Nama lokal:
Paria, pare, pare pahit, pepareh (Jawa). Prieu, peria, foria, Pepare, kambeh,
paria (Sumatera). Paya, paria, truwuk, Paita, paliak, pariak, pania, pepule
(Nusa tenggara). Poya, Pudu, pentu, paria belenggede, palia (Sulawesi).
Papariane, Pariane, papari, kakariano, taparipong, papariano, popare, pepare
CARA PEMAKAIAN:
Haus karena panas dalam, demam, heat stroke. Satu buah pare mentah yang masih
segar dicuci bersih, lalu dibelah. Buang isinya, potong-potong secukupnya, lalu
direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin
disaring, minum.
Diabetes. (a) 200 g buah pare segar dicuci bersih
lalu diblender. Tambahkan air minum secukupnya, lalu diperas dengan sepotong
kain sampai terkumpul sebanyak 50 ml (seperempat gelas). Perasan dihangatkan
dengan api kecil selama 15-30 menit. Setelah dingin diminum, lakukan setiap
hari.
(b) 200 g
buah pare dicuci bersih lalu diiris tipis-tipis. Rebus dengan 3 gelas air
bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum, Lakukan setiap
hari.
Disentri. Buah
pare segar dicuci lalu dibelah, isinya dibuang. Parut atau dijuice, airnya
diminum. Segera minum air matang. Satu
kali minum 200 cc.
Disentri amuba, diare.
Ambil akar pare yang masih segar sebanyak 30
g. Dicuci bersih lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus
dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, tambahkan
gula pasir secukupnya lalu diminum.
Cacingan pada anak.
(a) Daun segar sebanyak 7 g,
diseduh dengan 1/2 cangkir air panas. Setelah dingin disaring, tambahkan 1
sendok teh madu. Aduk sampai merata, minum sekaligus sebelum makan pagi.
b) Ambil dua sampai tiga biji pare. Giling sampai halus,
aduk dengan sedikit air masak. Minum, disusul dengan minum air hangat. Ramuan
ini untuk pengobatan infeksi cacing gelang.
Menyuburkan rambut
yang tipis dan kemerahan. (a) Ambil segenggam daun pare, cuci bersih. Daun
kemudian ditumbuk sampai seperti bubur, tambahkan air 3/4 gelas. Ramuan ini
kemudian diembunkan semalaman. Pagi-pagi ramuan ini disaring, airnya dipakai
untuk membasuh kulit kepala.
(b) Ambil daun pare
yang masih segar secukupnya, lalu dicuci bersih. Daun pare tadi ditumbuk sampai
halus, lalu diperas dengan sepotong
kain. Airnya dipakai untuk melumas kulit kepala. Lakukan setiap hari. Ramuan ini terutama digunakan
untuk bayi dan anak balita.
Sumber : www.suaramerdeka.com